Mozaik Ramadhan: 10 Juz 1 Tarawih

Sabtu, 21 Agustus 2010

CikarangNews6: Pesona Ramadhan di Mesir berasal dari sebuah masjid di sudut kota Kairo yang memiliki kekhasan tersendiri dalam mengisi bulan mulia ini. Itulah Masjid Ibad Arrahman, yang berada di Distrik Imam As Syafi’i.

Yang agak berbeda dari masjid ini, dibanding pada umumnya masjid-masjid di Mesir adalah jumlah bacaannya dalam shalat Tarawih. Rata-rata masjid-masjid lainnya menyelesaikan satu Juz bacaan al-Qur`an setiap malamnya, sedangkan bacaan Tarawih di masjid Ibad Arrahman mencapai 10 juz.

Tak heran jika untuk Shalat Isya’ saja, di masjid ini selesai pukul satu tengah malam. Untuk satu rakaat, rata-rata membutuhkan waktu satu jam lebih. Kalau dibandingkan dengan pelaksanaan shalat Tarawih di mayoritas masjid Indonesia, mungkin kita sudah selesai melakukan shalat, mereka baru menyelesaikan rakaat pertama shalat Isya’.

Setelah shalat Isya’, baru dilanjutkan shalat Tarawih hingga selesai menjelang shubuh, sehingga waktu makan sahur pun cukup singkat.

Meski waktu shalat cukup lama, banyak pula  warga Mesir yang berminat, terutama para penuntut ilmu, hingga jumlah jamaah mencapai sekitar seribu orang. Mereka kebanyakan para penghafal al-Qur`an. Salah seorang pelajar Indonesia yang pernah mengikuti shalat Tarawih dan i’tikaf di Ibad ArRahman ini adalah Dr. Zain An Najah.

Saat itu, pria asal Klaten ini sedang menyelesaikan studinya  untuk tingkat doktoral di Al Azhar. Seorang dosen mata kuliah Ushul Fiqh, Syaikh Usamah, mengajaknya melakukan i’tikaf di masjid itu. Kebetulan, saat itu beliau sendiri yang menjadi imam dalam shalat Tarawih itu.

Dengan banyaknya jumlah ayat yang dibaca, otomatis bacaan agak cepat. Walau demikian, bacaan tetap memperhatikan tajwid dan makharij al huruf (tempat keluarnya huruf). Tidak hanya shalat Tarawih, shalat Shubuh pun selesai hingga menjelang matahari terbit, karena imam membaca surat Al Mukminun yang panjangnya 6,5 halaman mushaf standar.

Walau saat ini sudah menyelesaikan studi dan kembali ke Tanah Air, pengalaman mengikuti Tarawih di Masjid Ibad Ar Rahman masih berkesan bagi Zain. Ia menilai bahwa mereka yang ikut melakukan shalat yang demikian panjang itu golongan baqiyah as shalihin (orang-orang saleh yang tersisa), yang mungkin di dunia hanya tinggal satu tempat saja, yakni di Masjid Ibad Ar Rahman.  [tho/Sahid/hidayatullah.com]

0 comments:

Posting Komentar