Mendengar
Menyaksikan dan membaca
Ada sebuah negara merdeka
Menderita berkepanjangan
Air mata ini menetes
Tak kuasa hatiku menahannya
Aku hanya bisa menangisi Palestina
Mendengar
Menyaksikan dan membaca
Ada sebuah negara barbar
Hidup bebas di dunia berbudaya
Bebas membunuh, menggusur
Seenaknya menjajah, mengusir dan merampas
Tanah negara merdeka
Air mataku kembali menetes
Tak kuasa menahan geram di dada
Mendengar
Menyaksikan dan membaca
Ada rakyat sipil gigih melawan
Tentara penjajah bersenjata lengkap
Hanya dengan batu, ketapel,
Bom dan senjata rakitan tangan sendiri
Air mataku menitik
Tak kuasa hatiku menahan malu
Apakah aku hanya berpangku
Atau sekedar menulis buku
Mendengar
Menyaksikan dan membaca
Ada sukarelawan dari limapuluh negara
Tujuh ratus jumlahnya menuju Gaza
Lalu diserang tentara barbar itu
Mereka menembaki kapal relawan
demi menenggelamkan kapal
Relawan diculik, disiksa, dilukai
Bahkan dibunuh
Air mataku menetes menahan rindu
Rindu bisa menoreh sejarahku
Hadir di tanah para nabi suatu waktu
Mendengar
Menyaksikan dan mendengar
Ada seorang ayah penuh semangat
Mendukung penuh perjuangan sang anak
Yang kini di Jordan tergeletak karena luka tembak
Meski badan terkoyak
Di dada ada luka tembak
Liver robek
Udara terperangkap di darah
Patah tulang iga
Setelah sembuh silakan kembali ke Gaza
Aku kembali meneteskan air mata
Air mata bangga ketika sang ayah berkata
”Sampaikan salam kami sekeluarga
Kepada anakku Reza di sana
Kami mendukung perjuangannya
Demi rakyat Palestina”
Mendengar
Menyaksikan dan membaca
Ada relawan Amerika
Harus meninggal di usia muda
Dua puluh tiga tahun umurnya
Karena dilindas zionisme buldoser tentara
Saat menghalangi penghancuran
Rumah-rumah keluarga Palestina
Yang tak dikenalnya
Air mataku menetes
Kenapa para pemimpin tak memiliki
Keberanian dan kekuatan hati
Sementara kekuasaan di tangan
Memiliki tentara bersenjata lengkap
Tapi diam seribu bahasa
Mendengar
Menyaksikan dan membaca
Anak-anak di Gaza
Bernyanyi, bermain, bergembira
Di bawah tenda darurat
Disekitar puing-puing rumah mereka
Menggambar bom tank pesawat
Menghiasi mukanya dengan coreng-moreng tentara
Menyelampangi dadanya dengan selongsong peluru
Karena rindu dendam kepada kemerdekaan
Sementara anakku bisa menggambar
Pantai, taman hijau dan langit biru
Menghiasi mukanya dengan topeng jenaka
Dan setiap hari gembira ceria
Dengan tas sekolah menyelempang di dada
Air mataku sedih menitik
Ketika bantuan alat-alat sekolah
Dari kapal pembebasan dirampas tentara Israel
Ketika bahan bangunan
untuk menegakkan kembali rumah-rumah mereka
Dirampok tentara penjajah
Mendengar
Menyaksikan dan membaca
Seperti janjinya ’aku akan kembali’
Rachel Corri yang sendiri dan lemah
Kini benar-benar akan kembali
Gagah, perkasa, berkekuatan
Ke Gaza
Dengan berlipat-lipat kekuatan kemanusiaan
Mewujud sebuah kapal pembebasan
Aku meneteskan lagi air mata
Ada darah Palestinakah mengalir di tubuh Amerikanya?
Mendengar
Menyaksikan dan membaca
Seperti tekadnya ’menyampaikan amanah’
Relawan MER-C tetap berjuang
Mewujudkan tekad
Membangun Rumah Sakit Indonesia di Gaza
Pembajakan penyerbuan penculikan pembunuhan
Tak menyurutkan tekad
Karena Gaza tinggal selangkah
Menetes lagi air mataku tak terbendung
Apakah yang bisa kulakukan
Selain berdoa dan berteriak Allahu Akbar?
[Air mata ini ...
Sejatinya bukanlah untuk Gaza
Karena mereka tak butuh air mata
Mereka butuh semangat dan dukungan
Bukan rengekan melemahkan
Air mata ini..
Sejatinya adalah untuk menangisi diri sendiri
Yang belum banyak berbuat
Selain baru bisa mengecam kedzaliman,
berdoa dan berdemonstrasi keprihatinan].
Cikarang Baru, 21 Jumadil Akhir 1431/4 Juni 2010
1 comments:
Jadi malu ane pak...
nikolas
Posting Komentar